Beranda | Artikel
Bukan Pilah-Pilih Semaunya
Selasa, 27 Desember 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Bukan Pilah-Pilih Semaunya merupakan bagian dari kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 2 Jumadil Akhir 1444 H / 26 Desember 2022 M.

Kajian Tentang Bukan Pilah-Pilih Semaunya

Salah satu keindahan ajaran Islam adalah sangat bervariasinya amalan yang diajarkan di dalam Islam. Amalan yang diajarkan dalam Islam itu bermacam-macam, sangat beragam. Saking banyaknya, ada seorang ulama besar yang bernama Imam Al-Baihaqi Rahimahullahu Ta’ala, beliau berupaya untuk mengumpulkan amalan-amalan itu dalam sebuah buku. Buku itu beliau beri judul Al-Jami’ Li Syu’abil Iman (himpunan cabang-cabang keimanan). Buku itu tebalnya adalah dari ujung tangan kanan sampai ujung tangan kiri.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Islam memberikan alternatif amalan yang sangat banyak kepada kita? Jawabannya adalah karena potensi satu manusia dengan manusia yang lain berbeda-beda. Ada yang punya potensi harta (yaitu orang-orang kaya), ada yang potensinya pada tenaga (miskin tapi kuat fisiknya), ada yang potensinya ilmu (uang tidak punya, tenaga biasa saja, tapi punya ilmu yang banyak), ada juga yang potensinya jabatan (misalnya sekali tanda tangan maka diskotik ditutup).

Karena potensi satu orang dengan orang yang lainnya berbeda-beda, maka di dalam agama kita diberikan alternatif amalan yang sangat banyak. Bagi yang hartanya melimpah, selain zakat yang memang sifatnya wajib, dia masih bisa menggunakan hartanya untuk beramal dengan amalan-amalan yang modalnya harta seperti sedekah, qurban, umrah, haji, dll.

Jadi kenapa Islam memberikan alternatif amalan yang sangat banyak? Karena potensi satu orang dengan orang yang lain itu berbeda-beda. Semuanya bisa masuk surga menggunakan potensi yang dimilikinya masing-masing.

Tapi amalan-amalan yang sebanyak itu tadi tidak satu level. Justru bertingkat-tingkat levelnya. Jika boleh diumpamakan, Islam ibarat sebuah bangunan. Ada bagian-bagian pokok yang mutlak harus ada dalam sebuah bangunan, tanpa keberadaannya, bangunan tidak bisa berdiri, semisal pondasi dan tiang. Ada pula bagian yang harus ada, namun bila tidak terpenuhi, bangunan itu tetap bisa berdiri, contohnya tembok dan atap. Serta ada elemen penyempurna yang ‘sekedar’ membuat bangunan itu semakin indah dan nyaman, semisal ventilasi udara dan keramik lantai.

Bagian ajaran Islam yang paling tinggi adalah Rukun Iman dan Rukun Islam. Selanjutnya adalah amalan yang hukumnya fardhu ‘ain (wajib atas masing-masing dari kita), semisal birrul walidain dan belajar ilmu agama. Lalu amalan yang hukumnya fardhu kifayah, seperti berdakwah. Kemudian amalan yang hukumnya sunnah, semisal membaca shalawat di luar shalat dan puasa Senin-Kamis.

Islam adalah agama yang rapi, teratur dan tidak asal-asalan. Islam mengajarkan pada kita untuk senantiasa memperhatikan skala prioritas dalam beramal. Diumpamakan seperti membangun rumah, maka yang akan digarap pertama kali adalah pondasi, bukan atap, apalagi ventilasi udara.

Muslim yang cerdas akan memprioritaskan perbaikan akidah terlebih dahulu, sebab itu adalah pondasi dalam beragama. Dia mempelajari Rukun Iman dengan benar. Lalu berikutnya ia mengamalkan Rukun Islam. Selanjutnya ia menjalankan amalan-amalan wajib lainnya. Baru kemudian ia menambahkan amalan yang sunnah.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Taqarrub yang paling Aku cintai dari hamba-Ku adalah yang Aku wajibkan atasnya. Selanjutnya ia menambahkan yang sunnah, hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

Tidak Boleh Semaunya

Jadi dalam beramal, kita tidak boleh pilah-pilih semaunya. Jangan sampai hawa nafsu mendikte kita dalam beramal. Yakni hanya menjalankan amalan-amalan yang kita sukai, karena pertimbangan gampang dan ringan, padahal itu bukan bagian pokok agama. Lalu meninggalkan amalan-amalan yang kita anggap berat dan sulit, padahal itu adalah bagian pokok agama .

An-Nu’man bin Qauqal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, jika aku menunaikan shalat fardhu, meyakini yang haram adalah haram dan meninggalkannya, serta meyakini yang halal adalah halal, apakah aku akan masuk surga?” Beliau menjawab, “Iya”. (HR. Muslim)

Mari beragama sesuai aturan agama, bukan sekedar beramal sesuai keinginan kita, apalagi didikte oleh hawa nafsu kita!

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52560-bukan-pilah-pilih-semaunya/